Siang telah berubah menjadi sore hari,
namun Cika tak kunjung meninggalkan taman itu, seketika ia meneteskan air mata,
mengingat kenangan-kenangan yang telah lalu bersama Bintang, mantan kekasihnya
itu telah pergi meninggalkan dia demi mendapatkan gadis yang lebih sempurna
disbanding Cika. Cika memang tak begitu sempurna, tetapi ketidaksempurnaan itu
dapat tertutupi oleh hatinya yang begitu baik dan cintanya yang begitu tulus. Cika
sangat mencintai Bintang mantan kekasihnya itu, Cika masih belum bisa melupakan
Bintang sampai dengan 3 tahun belakangan ini.
Saat malam hari tiba, akhirnya Cika
memutuskan untuk pulang ke apartemen milik orang tuanya. Ditemani
bintang-bintang yang indah dan sebuah bulan yang sangat elok Cika menyusuri
jalan WR.Supratman yang terkenal dengan keramaiannya. Ketika ia hendak
menyebrang, tiba-tiba ada sebuah sepeda motor yang nyaris menabraknya. Cika
terkejut bukan kepalang, ia terkejut bukan karena ia nyaris tertubruk seeda
motor itu, tapi ia terkejut karena orang yang nyaris menabraknya itu adalah
Bintang, seorang lelaki yang sangat ia cintai. Tetapi, seketika Cika langsung
pergi sambil menangis tanpa mengatakan sepatah katapun kepada Bintang.
Ternyata, Cika langsung beranjak pergi karena saat itu Bintang sedaang membonceng
seorang gadis cantik, hati Cika terasa bagai disayat-sayat pedang, hatinya
begitu sakit, kecewa, ada rasa marah, patah hati, dsb. Pada saat itu ia merasa
bahwa ia adalah manusia yang paling menderita di dunia.
Saat tiba di partemen, tangisan Cika
tak kunjung beerhenti. Ia terus menyesali nasibnya, bahkan ia sampai berfikir
bahwa tuhan itu tak adil dengan apa yang telah didapatkannya saat ini. Sejenak
ia duduk di kursi sofanya, dan seketika itu ia langsung beranjak keluar dari
kamar apartemennya untuk menuju ke lantai paling atas, ia sudah bosan dengan
hidupnya, karena bagi Cika hidupnya tak akan pernah bisa bahagia tanpa Bintang.
Ketika ia keluar dari apartemennya dan menuju lantai paling atas, Bintangpun
mendatangi apartemen Cika untuk meminta maaf tentang kejadian tadi, dan ia juga
ingin mengungkapkan rasa penyesalannya saat in karea ia telah meninggalkan
Cika. Saat Cika berlari menuju anak tangga apartemen, Bintangpun langsung
menyadari bahwa gadis yang tadi lari itu adalah Cika, Bintangpun segera
mengejar Cika.
Saat mereka berdua tiba di lantai
paling atas ssebuah apartemen tersebut, Cika sama sekali tak me yadari
kehadiran Bintang, ia terus menangis dan menangis. Ketika Cika hendak
menerjunkan dirinya, seketika Bintang berteriak dan langsung menarik tangan
Cika, “Cika….. jangan lakukan hal bodoh itu…” teriak Bintang. Badan Cika
langsung tertarik kepelukan Bintang dan Cika langsung memukl-pukul dada
Bintang, “Kenapa kamu menghalangi niatku ini tang? Bukankah kamu senang apabila
kamu melihat aku mati? Bukankah kau bahagia?” teriak Cika sambil menangis
tersedu-sedu. “Nggak Cik, kamu nggak boleh bicara seperti itu, aku nggak
bahagia apabila kamu meninggal… please Cik jangan lakukan itu lagi.. Aku
menyesal udah menganggap ketulusan cintamu itu bagai debu.. kini aku sadar
kalau hanya kamu yang bisa mengerti aku, hanya kamu yang bisa turuti semua
keinginanku.. maafkan aku Cik, maafkan aku..” jelas Bintang kepada Cika.
Sejenak Cika terdiam, dan ia menatap mata Bintang. Di dalam mata Bintang, Ia
merasakan kesungguhan bintang. Ia pun meneteskan air matanya dan kembali
memeluk Bintang, “Aku mencintaimu Bin.. jangan tinggalkan aku… aku sangat
mencintaimu…” Cika menangis di dalam dekapan Bintang. “Aku juga minta maaf
Cik.. sekarang, aku mau kita bersatu seperti dahulu.” Pinta Bintang pada Cika.
Tetapi, seketika Cika melepaskan pelukan Bintang dan ia bertanya pada Bintang
tentang gadis yang ia bonceng tadi, “Apakah kau serius menyesal Bin?” Tanya
Cika. “Aku serius Cik, semua ini aku ungkapin dari lubuk hatiku yang terdlam.”
Jawab Bintang. “Lantas, siapa gadis yang tadi kamu bonceng?” Tanya Cika lagi.
Seketika Bintang tersenyum sangat manis, dan dia menjawab pertanyaan Cika, ”itu
adalah kakakku Cik, aku tadi mengantarkannya ke tempat pekerjaanny.”. Mendengar
penjelasan Bintang tadi, Cika kembali meneteskan air mata dan dia langsung
memeluk badan Bintang kembali, ia berkata “Iya Bin, aku mau kita bersatu
seperti dulu”. Dan pada saat itu, Bintangpun sangat merasa bahagia, begitu pula
dengan Cika, ia benar-benar merasa bahagia. Ketika itu, tanggal 26 Februari,
Cika dan Binta bersatu kembali dan menjalani hari-hari mereka dengan ketulusan,
kepercayaan dan kebahagiaan. The End. J
Tidak ada komentar:
Posting Komentar