Atlantis

Atlantis

Minggu, 21 Oktober 2012

Bersatu Kembali


Siang telah berubah menjadi sore hari, namun Cika tak kunjung meninggalkan taman itu, seketika ia meneteskan air mata, mengingat kenangan-kenangan yang telah lalu bersama Bintang, mantan kekasihnya itu telah pergi meninggalkan dia demi mendapatkan gadis yang lebih sempurna disbanding Cika. Cika memang tak begitu sempurna, tetapi ketidaksempurnaan itu dapat tertutupi oleh hatinya yang begitu baik dan cintanya yang begitu tulus. Cika sangat mencintai Bintang mantan kekasihnya itu, Cika masih belum bisa melupakan Bintang sampai dengan 3 tahun belakangan ini.
Saat malam hari tiba, akhirnya Cika memutuskan untuk pulang ke apartemen milik orang tuanya. Ditemani bintang-bintang yang indah dan sebuah bulan yang sangat elok Cika menyusuri jalan WR.Supratman yang terkenal dengan keramaiannya. Ketika ia hendak menyebrang, tiba-tiba ada sebuah sepeda motor yang nyaris menabraknya. Cika terkejut bukan kepalang, ia terkejut bukan karena ia nyaris tertubruk seeda motor itu, tapi ia terkejut karena orang yang nyaris menabraknya itu adalah Bintang, seorang lelaki yang sangat ia cintai. Tetapi, seketika Cika langsung pergi sambil menangis tanpa mengatakan sepatah katapun kepada Bintang. Ternyata, Cika langsung beranjak pergi karena saat itu Bintang sedaang membonceng seorang gadis cantik, hati Cika terasa bagai disayat-sayat pedang, hatinya begitu sakit, kecewa, ada rasa marah, patah hati, dsb. Pada saat itu ia merasa bahwa ia adalah manusia yang paling menderita di dunia.
Saat tiba di partemen, tangisan Cika tak kunjung beerhenti. Ia terus menyesali nasibnya, bahkan ia sampai berfikir bahwa tuhan itu tak adil dengan apa yang telah didapatkannya saat ini. Sejenak ia duduk di kursi sofanya, dan seketika itu ia langsung beranjak keluar dari kamar apartemennya untuk menuju ke lantai paling atas, ia sudah bosan dengan hidupnya, karena bagi Cika hidupnya tak akan pernah bisa bahagia tanpa Bintang. Ketika ia keluar dari apartemennya dan menuju lantai paling atas, Bintangpun mendatangi apartemen Cika untuk meminta maaf tentang kejadian tadi, dan ia juga ingin mengungkapkan rasa penyesalannya saat in karea ia telah meninggalkan Cika. Saat Cika berlari menuju anak tangga apartemen, Bintangpun langsung menyadari bahwa gadis yang tadi lari itu adalah Cika, Bintangpun segera mengejar Cika.
Saat mereka berdua tiba di lantai paling atas ssebuah apartemen tersebut, Cika sama sekali tak me yadari kehadiran Bintang, ia terus menangis dan menangis. Ketika Cika hendak menerjunkan dirinya, seketika Bintang berteriak dan langsung menarik tangan Cika, “Cika….. jangan lakukan hal bodoh itu…” teriak Bintang. Badan Cika langsung tertarik kepelukan Bintang dan Cika langsung memukl-pukul dada Bintang, “Kenapa kamu menghalangi niatku ini tang? Bukankah kamu senang apabila kamu melihat aku mati? Bukankah kau bahagia?” teriak Cika sambil menangis tersedu-sedu. “Nggak Cik, kamu nggak boleh bicara seperti itu, aku nggak bahagia apabila kamu meninggal… please Cik jangan lakukan itu lagi.. Aku menyesal udah menganggap ketulusan cintamu itu bagai debu.. kini aku sadar kalau hanya kamu yang bisa mengerti aku, hanya kamu yang bisa turuti semua keinginanku.. maafkan aku Cik, maafkan aku..” jelas Bintang kepada Cika. Sejenak Cika terdiam, dan ia menatap mata Bintang. Di dalam mata Bintang, Ia merasakan kesungguhan bintang. Ia pun meneteskan air matanya dan kembali memeluk Bintang, “Aku mencintaimu Bin.. jangan tinggalkan aku… aku sangat mencintaimu…” Cika menangis di dalam dekapan Bintang. “Aku juga minta maaf Cik.. sekarang, aku mau kita bersatu seperti dahulu.” Pinta Bintang pada Cika. Tetapi, seketika Cika melepaskan pelukan Bintang dan ia bertanya pada Bintang tentang gadis yang ia bonceng tadi, “Apakah kau serius menyesal Bin?” Tanya Cika. “Aku serius Cik, semua ini aku ungkapin dari lubuk hatiku yang terdlam.” Jawab Bintang. “Lantas, siapa gadis yang tadi kamu bonceng?” Tanya Cika lagi. Seketika Bintang tersenyum sangat manis, dan dia menjawab pertanyaan Cika, ”itu adalah kakakku Cik, aku tadi mengantarkannya ke tempat pekerjaanny.”. Mendengar penjelasan Bintang tadi, Cika kembali meneteskan air mata dan dia langsung memeluk badan Bintang kembali, ia berkata “Iya Bin, aku mau kita bersatu seperti dulu”. Dan pada saat itu, Bintangpun sangat merasa bahagia, begitu pula dengan Cika, ia benar-benar merasa bahagia. Ketika itu, tanggal 26 Februari, Cika dan Binta bersatu kembali dan menjalani hari-hari mereka dengan ketulusan, kepercayaan dan kebahagiaan. The End. J

Tidak ada komentar:

Posting Komentar